
Malang, www.beritamadani.com – Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Malang Raya, sebagai organisasi pengusaha media, dalam perannya sebagai penyampai dan penyambung informasi dan pendorong perubahan sosial yang lebih baik, turut merespon dengan menolak dengan tegas rencana safari dakwah Dr. Zakir Naik. Giat tersebut akan dilaksanakan di Stadion Gajayana Malang, pada Kamis (10/7/25).
Penolakan ini sebagai respon akan rekam jejak dari Dr. Zakir Naik, yang saat ini juga ditolak oleh berbagai negara karena indikasi menjadi biang dari tindakan terorisme di India, menyebarkan ujaran kebencian melalui Islamic Research Foundation (IRF), dan membuat pernyataan rasis yang menyinggung umat Hindu serta komunitas Tionghoa di Malaysia. Saat ini Dr. Zakir Naik dicap tokoh intoleran di berbagai negara.

Kondisi Kota Malang yang ditinggali oleh masyarakat yang beragam agama dan kepercayaan, saat ini sangat kondusif. Sikap toleransi sangat tinggi di Kota Malang. Apabila didatangi pendakwah yang dicap intoleran seperti Dr.Zakir Naik tersebut, bisa jadi menimbulkan kekhawatiran merusak toleransi beragama lewat orasi ceramah dakwahnya, mengingat isu-isu yang diangkat sangat sensitif untuk semua umat beragama dan aliran kepercayaan yang ada.
Indro Tito Cahyono, S.H., M.H., Tokoh Hukum dan Penasehat SMSI Malang Raya menyampaikan bahwa toleransi umat beragama harus tetap dijaga, dan segala tindakan yang sifatnya provokasi ke hal intoleransi umat beragama harus dienyahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara kita

“Bahwa Negara Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, merupakan pondasi toleransi umat beragama yang sudah ada dan terjadi selama ini. Toleransi umat beragama harus tetap dijaga, seperti yang sudah ada sekarang ini. Segala tindakan yang sifatnya provokasi ke hal intoleransi umat beragama harus dienyahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara kita ini. Karena hal tersebut akan menodai toleransi beragama, selama ini yang sudah ada,” jelas Sam Tito.
“Adanya tokoh diduga intoleransi beragama yang akan hadir di Malang hendaknya ditiadakan, yang rawan akan pro dan kontra, terkait keragaman keagamanan di Indonesia, dan di Malang khususnya. Hal ini bisa memicu gangguan Kamtibmas di masyarakat,” tambahnya.

Budayawan Kota Batu, Romo Didik Sumintardjo, Jurnalis Senior, yang juga sebagai Penasehat SMSI Malang Raya ikut bersuara, mengatakan bahwa APH yang ada di Kota Malang wajib waspada terhadap kerawanan ini.
“Supaya Malang tidak kondusif, supaya Malang jadi kota tawuran. Sepertinya ada gerakan masif ke arah itu; konvoi pesilat, demo anak Papua yang provokatif. Ini sisi yang paling rawan, mereka orang yang kemakan taktik buta, ini garapannya orang,” ujar Romo Didik.
“Sikap kita (SMSI Malang Raya-red); Ikut melakukan penolakan,dan berbicara ke aparat penegak hukum, serta menghimbau tidak memberitakan sosok ini di sosmed atau media siber,” imbuhnya.

Sementara itu Doi Nuri, S.Pd.I., Ketua SMSI Malang Raya, mengatakan bahwa model dakwah seperti yang dilakukan Dr. Zakir Naik, sudah bukan zamannya misionaris agama.
“Pluralisme agama yang saat ini sudah mulai membudaya harus dijaga,” tandasnya.

Wakil Ketua SMSI Malang Raya, David Kusuma, S.T., M.Miss., juga merespon kegiatan Dr. Zakir Naik ini, mengatakan bahwa Kota Malang ini level toleransi antar umat beragama dan aliran kepercayaan sangat tinggi.
“Pulau Jawa terutama Kota Malang bukan ladang missi. Toleransi di masyarakat sangat tinggi. Bila benar Dr. Zakir Naik ini melakukan dakwah dengan materi perbandingan agama akan memunculkan konflik antar agama, akan menginspirasi tindakan kekerasan. Bahkan memunculkan apologet-apologet baru yang saling menyerang satu sama lain, tiada akhir berdebat, jauh dari toleransi dan kedamaian, harus dihentikan,” pungkas David Kusuma, yang juga menjabat sebagai Ketua PJS dan Waka LP2BN DPC Malang Raya. (Maria)