
Malang, www.beritamadani.com – Saudaraku yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada hari ini saya kembali menyapa saudara untuk berbagi terkait “Kekuatan Sikap Lemah-Lembut”.
Saudaraku yang terkasih, persoalan terbanyak dalam kehidupan sehari-hari, disebabkan karena tidak adanya kelemah-lembutan. Kelemah-lembutan bukan bicara terkait orang yang lemah tidak berdaya, tetapi orang yang paling kuat di muka bumi ini. Sebab Ia dapat berjalan dalam situasi yang genting dengan keadaan yang kondusif, Yesuslah itulah Dia. Yesus adalah manusia yang paling lemah-lembut di muka bumi ini.
Pada FT Matius 26:52-54, ini adalah kisah dimana Yesus sedang berdoa lalu ditangkap oleh segerombolan orang, yaitu orang Farisi, Imam Saduki, dan juga prajurit Romawi. Seorang murid Yesus, yaitu Petrus tidak bisa menerima hal itu, lalu mengambil pedang dan menetakkan telinga salah seorang prajurit sehingga putus telinganya. Yesus menegur Petrus dengan keras saat itu, dan menyuruh menyarungkan kembali pedangnya.
Ketika itu Yesus berkata bahwa Ia bukan tidak sanggup untuk berseru, sehingga Bapa mengirimkan lebih dari dua belas ribu pasukan malaikat untuk menolong-Nya. “Pasukan Malaikat” (Inggris : Legion) artinya suatu pasukan yang berjumlah 6000 orang. Jadi ada begitu banyak jumlah malaikat yang dapat saja dipanggil oleh Yesus. Jadi Yesus ditangkap bukan karena tidak mampu untuk melawan melainkan karena Ia lemah-lembut. Yesus sendiri yang menyerahkan diri-Nya.
Bisa dikatakan bahwa orang yang lemah-lembut adalah orang yang memimpin keadaan atau suasana, sedangkan orang yang tidak lemah-lembut dipimpin oleh suasana.
Saudaraku yang terkasih, kalau kita ingin menjadi pemimpin yang selayaknya kita perlu menjadi pribadi yang lemah-lembut. Seorang pria (Inggris : gentleman : gentle + men = orang yang lembut) diciptakan untuk menjadi pemimpin atas keluarganya. Syarat untuk menjadi seorang pemimpin dibutuhkan kelemah-lembutan, jika tidak sikap ini maka akan sangat sulit untuk memimpin.
Sekarang mari kita diskusi.
Matius 5:5, dikatakan bahwa “Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena mereka akan memiliki bumi”
Bagaimanakah arti ayat tersebut menurut saudara?
Kata “berbahagia” (Yun: Makario) artinya kebahagiaan yang begitu besar, panjang, tinggi. Jadi kunci untuk bisa bahagia adalah perlu lemah-lembut. Kebahagiaan tidak didapatkan dari posisi yang tinggi, kekayaan ataupun popularitas.
Menurut dunia, orang kaya, orang diktator atau yang memiliki pangkat, adalah orang yang akan memiliki asset. Tetapi menurut Firman Allah, orang yang lemah-lembutlah yang memiliki dunia (asset).
Apakah ciri-ciri orang yang lemah-lembut:
1. Mampu mengendalikan kuasa yang dimilikinya
Mampu mengendalikan lidahnya, emosinya dan mampu mengendalikan anggota tubuhnya. Mereka rela diperlakukan tidak adil. Dunia ini langka dengan orang yang adil. Yesus yang benar, tanpa salah dan dosa rela diperlakukan dengan tidak adil. Jadi merupakan hal yang biasa jika anak-anak Tuhan diperlakukan dengan tidak adil oleh dunia ini.
Kuasa dan kasih akan sulit berjalan bersamaan. Ketika kuasa dilepas maka kasih akan macet, tetapi ketika kuasa ditahan maka kasih akan mengalir. Yesus adalah manusia yang paling berkuasa di dunia ini. Yesus adalah Allah seratus persen dan juga manusia seratus persen. Ketika sebagai manusia Yesus bisa mati, dan kematian-Nya membuktikan bahwa Ia seratus persen Manusia, tetapi kebangkitan-Nya membuktikan Ia seratus persen Allah.
Dalam keadaan-Nya sebagai Manusia, Yesus berdoa dan berlutut di hadapan Bapa, ingin agar kuasa bisa dilepaskan, yaitu agar salib penderitaan dilalukan, tetapi kemudian Yesus berdoa supaya kehendak Bapa yang terjadi.
Ciri-ciri orang yang lemah-lembut adalah bahwa ia tidak pernah memaksakan kehendak pribadinya. Jika kita masih kecewa dengan kehendak yang tidak terpenuhi, ini membuktikan bahwa kita bukan orang yang lemah-lembut.
Yesus tidak kecewa ketika salib tidak dilalukan dari-Nya. Ketika Yesus mengalami penyiksaan dan aniaya, Dia sama sekali tidak melawan, bahkan tidak ada perkataan yang mengutuk dari mulut-Nya, melainkan perkataan yang lemah-lembut.
Sikap lemah-lembut adalah sabuk pengaman agar orang lain tidak celaka. Seringkali kita melukai orang lain dikarenakan sikap tidak lemah-lembut. Orang yang lemah-lembut kata-katanya berkuasa, penuh ucapan syukur, bukan perkataan sia-sia. Orang yang lemah-lembut akan mendapatkan hal yang terbaik baginya, sedangkan orang yang tidak lemah-lembut akan mendapatkan hal yang kurang baik. Orang yang bergerak dalam kelemah-lembutan pengaruhnya akan tetap.
2. Tetap Rendah Hati
Orang yang lemah-lembut pasti rendah hati dan tetap menjaga sikap rendah hati. Banyak orang ketika masih susah, posisinya di bawah, mereka rendah hati. Tetapi ketika kondisinya berubah, maka sikap mereka juga berubah.
Yesus adalah pribadi yang selalu rendah hati, dalam Matius 11;28. Yesus menunjukkan sikap-Nya yang selalu melayani kita setiap saat. Orang yang rendah hati akan menerima banyak. Dalam kitab Yesaya dituliskan bagaimana iblis berkali-kali meninggikan dirinya, namun pada akhirnya begitu sangat direndahkan. Tetapi Yesus selalu merendahkan diri-Nya sehingga pada akhirnya Ia begitu sangat ditinggikan (Filipi 2:4-6). Semakin kita sombong maka akan semakin direndahkan, tetapi semakin kita rendah hati maka akan semakin ditinggikan.
Matius 5:3, berkata. “berbahagialah orang yang miskin”, artinya adalah “berbahagialah orang yang rendah hati”, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Jika kita ingin memiliki perkara yang besar dan kekal maka kita harus rendah hati. Kitab Amsal berkata bahwa kesombongan adalah awal dari kehancuran, tetapi kerendahan hati adalah awal kemuliaan dan kehormatan. Kerendahan hati adalah sabuk pengaman agar diri kita jangan celaka.
3. Selalu menjadi tangan kasih
Artinya menjadi tangan Tuhan. Allah itu adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Tangan Allah selalu menolong. Mari menjadi tangan kasih-Nya Tuhan kepada siapa saja. Kita melihat bagaiman ketika Yesus melihat telinga parjurit Romawi yang putus oleh pedang Petrus. Yesus tidak bersorak atau bergembira karena hal itu, melainkan Yesus menolong dan melakukan mujizat terhadap prajurit tersebut. Yesus tidak melipat tangan terhadap penderitaan orang lain. Ia selalu memiliki tangan yang terbuka untuk menolong siapa saja.
Saudaraku, sebagai penutup pembahasan kali ini, saya mengajak saudara untuk menjadi pribadi yang lemah lembut sehingga kita mampu mengendalikan hidup kita, menjadi pribadi yang rendah hati, bahkan lebih hebat lagi bila hidup kita bisa dipakai menjadi “Tangan-Nya Tuhan” untuk memberkati orang lain. Tentunya Tuhan Yesus akan semakin dipermuliakan melalui kehidupan kita. “Tuhan Yesus memberkati”.
Penulis: David Kusuma,S.T.,M.Miss.(Penginjil di Pos PI Harapan Kasih 512, Bunulrejo, Kota Malang). Sumber: GPDI ZA, Alkitab.