
Blitar, www.beritamadani.com – Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) akhirnya berhasil menggelar event nasional Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong-Royong ke-14 dengan sukses. Bertempat di Candi Negara, yaitu Candi Palah Penataran, Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dilaksanakan pada Jumat (27/6/2025).
Giat KTAN ke-14 tersebut dihadiri oleh Bupati Blitar beserta Forkompimda, semua pegiat budaya, tokoh-tokoh spiritual dari beberapa Kasepuhan dan Lembaga Kebudayaan di Jawa Timur, tokoh agama dan kepercayaan dari dari seluruh Indonesia. Teristimewa pada tahun ini juga dihadiri oleh tokoh penting yaitu para sultan, dan serta raja-raja perwakilan dari seluruh Nusantara.

Gelaran Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong-Royong ke-14 dengan tema”Sumilaké Mendhung Tumitise Para Luhur” seolah direstui oleh alam. Acara yang semula mendung kemudian diguyur hujan deras dan kembali reda. Tetapi tidak mengurangi kegigihan para penampil untuk tetap perform diatas panggung.
Ki Aris Sugito, Ketua Umum LP2BN menyatakan bahwa event KTAN ke-14 berlangsung sukses. Alam serasa merestui dan sesuai tema yang dipilih.

“Terimakasih untuk Panitia semua sudah bekerja dengan baik, lancar dan sukses, bahkan gaungnya sudah ke manca negara. Secara spiritual gelaran ini sesuai dengan tema. Begitu acara dimulai mendung disertai hujan, begitu selesai upacara mendung sumilak dan saat itulah tumitise para luhur ngejowantah. Yang artinya semua Panitia telah menjalankan tugas dengan baik. Semua berjalan dengan ketentuan alam, kita hanya berusaha yang menentukan Tuhan, dengan lantaran leluhur dan alam semesta,” ujarnya.
Ketika diwawancarai oleh awak media Ki Aris Sugito, Ketua Umum LP2BN menjelaskan bahwa KTAN ke-14 ini adalah nguri-uri budaya luhur bangsa.

“Candi Palah ini candi pendarmaan atau darma puja yang dibangun oleh Raja Kediri yang dilanjutkan oleh Tumapel, dan dilanjutkan oleh Majapahit. Di era Prabu Jayanegara Candi Palah ini diresmikan sebagai Candi Negara. Satu-satunya Candi Negara di Nusantara. Awalnyanya Candi ini namanya Palah, kemudian pada era Majapahit dijadikan tempat pendidikan maka disebutlah menjadi Candi Palah Penataran. Dengan KTAN ini, harapannya kita terus mendidik atau menapak tilas, maka tempatnya diawali dari Situs Balekambang yang juga tempat mendidik para punggawa, menuju Candi Palah Penataran, dengan jarak tempuh sekira 2 Km,” jelasnya.
“Peserta hari ini dihadiri oleh para raja dan sultan, mereka ini adalah penjaga adat. Setelah menjadi NKRI, kami ingin membangkitan para kesatria-kesatria untuk menjaga bangsa. Termasuk moral, adat istiadat termasuk ritual-ritualnya. Tugas raja dan sultan adalah membangun peradaban bangsa yang lebih baik, menuju Nusantara sebagai pusat peradaban dunia,” tandasnya.

Ki Kusnadi yang dinobatkan sebagai Bapak Budaya yang hadir pada KTAN ke-14 tersebut juga menyampaikan bahwa budaya adalah jati diri bangsa. Kamu boleh modern tetapi kamu jangan kehilangan siapa jati diri kamu.
“Kita tidak inggin anak-anak kita dengan kemajuan teknologi informasi yang sudah sedemikian rupa, infiltrasi itu kan terjadi. Infiltrasi kebiasaan masyarakat di luar Indonesia itu mudah sekali masuk. Kita tindak ingin generasi muda kita ini kehilangan jati dirinya. Itulah yang menjadi konsen LP2BN, bukan di sini saja tetapi kita juga mengembangkan di Jawa Barat, dan di DKI. Supaya apa, bukan berarti adat istiadat budaya jawa yang harus diikuti, tetapi kembangkanlah budaya masing-masing itulah jati dirimu, itulah warisan budayamu,” jelasnya.

“Kita tidak ingin warisan itu putus pada generasi kita saja, tetapi itu kewajiban kita mewariskan kepada generasi muda, generasi millennial, generasi Z, apapun itu, dan nanti mereka mewariskan kepada anak anak cucunya. Itulah jati diri kita, kamu boleh modern tetapi kamu jangan kehilangan siapa jati diri kamu,” imbuhnya.
Lebih lanjut Ki Kusnadi mengatakan ada berbagai upaya dari Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) untuk melestarikan budaya.

“Bangsa lain menghormati nenek moyangnya, dan mereka berkembang modern yang dijiwai oleh semangat nenek moyangnya, leluhurnya, kenapa kita bangsa yang besar ini tidak berkembang. Kita nanti modern tapi kita kehilangan garis keturunan kita, kita kehilangan leluhur kita. Lha, inilah yang dikembangkan, dan difasilitasi oleh LP2BN,” pungkasnya. (Tim Publikasi LP2BN-Cakra01)